Blog Information Statistic

Rabu, 07 November 2012

Keuntungan Kuliah di Luar Negeri !

Halo Para Pengunjung Tercinta
Banyak mahasiswa dan pemuda kita yang menjadikan  kuliah di luar negeri sebagai impian besarnya. Sebagian terlampau berandai-andai menganggap bahwa hal tersebut akan secara otomatis meningkatkan kualitas keilmuannya. Branding kesuksesan, kecerdasan, dan mumpuni dalam bahasa asing pun segera menghias di setiap benak pemuda kita. Tentu saja tidak semua salah dan tidak semua juga sebagaimana yang digambarkan. Posting kali ini ingin sedikit mencari gambaran yang seimbang, seputar apa keuntungan kuliah di luar negeri. Tentu saja berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis yang terbatas. 

Mari sedikit menginventaris keuntungan belajar di negeri orang. Beberapa point yang akan kemukakan :

(A) Dari sisi keilmuan, maka ia akan menggali langsung dari referensi induknya dengan bahasa asli penulisnya. Hal ini setidaknya akan membuka peluang untuk memperdalam orisinalitas ilmu dan ketajamannya.

(B) Dari sisi referensi, maka biasanya dengan kuliah di luar negeri kita bisa mendapatkan banyak buku referensi yang belum tentu ada di negri kita. Begitu pula dengan jurnal-jurnal terbaru untuk mengembangkan ilmu kita. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa di negara kita anggaran pendidikan masih minim. Jadi wajar saja jika perpustakaannya pun mungkin tidak standar yang seharusnya.

(C) Dari sisi pengembangan ilmu, biasanya di luar negeri banyak sekali diadakan seminar keilmuan, kajian dan diskusi yang ‘anehnya’ gratis dengan fasilitas seabrek. Bayangkan saja, di negri kita seminar keilmuan atau apapun pasti ada tarifnya dan terkadang hasilnya begitu mengecewakan dan berhenti di seminar saja.

(D) Dari sisi rujukan ilmu, maka di luar negeri kita mungkin peluang-peluang untuk berguru atau bertanya langsung pada ilmuwan dunia lebih terbuka. Di Indonesia cukup jarang ada tamu tingkat dunia. Contohnya dalam masalah ilmu keislaman, nama Dr.Yusuf Qaradhawi tidak bisa diragukan lagi menjadi simbol keilmuan Islam pada jaman ini. Nah, di Indonesia beliau terakhir datang pada tahun 2007 lalu, sebelumnya saya masih ingat betul ; beliau hadir di Masjid Al-Azhar tahun 1999. Bayangkan, dalam kurun waktu delapan tahun beliau baru sempat secara langsung mentransfer ilmunya pada kita, itupun selama dua kali dan tak lebih dari satu jam.

Bagaimana di Timur Tengah sana ? Ternyata aktifitas beliau cukup padat di negara-negara Timur Tengah. Mengisi perkuliahan umum, seminar atau muktamar berkeliling di seputar jazirah arab sudah menjadi agenda beliau. Tak cukup hanya itu, setiap Ahad malam stasiun televisi Al-Jazeera juga dengan setia menampilkan secara live dialog fikh dengan beliau. Acaranya berjudul : Asy-Syariah wal Hayah ! Membahas permasalahan kontemporer yang umat membutuhkan jawabannya segera.


(E) Dari sisi kemampuan bahasa, maka di luar negeri kita mempunyai peluang yang sangat besar untuk mengasah bahasa asing kita. Di Barat dengan bahasa Inggris atau Perancisnya, maupun di Timur Tengah dengan bahasa Arabnya. Ini sangat membantu dalam perkembangan keilmuan kita selanjutnya. Begitu pula dengan peluang bursa kerja di tanah air yang lebih terbuka. Tidak perlu susah-susah kursus, di luar negeri kita dimana saja kita bisa mempraktekkan bahasa kita. Meski kalau tidak hati-hati, justru bahasa yang tidak pakem malah yang kita kuasai.

(F) Dari sisi jaringan, maka ia akan mempunyai banyak aset berupa jaringan untuk masa depannya. Mungkin sesama mahasiswa Indonesia, atau juga dengan mahasiswa dari negara lainnya. Sesama mahasiswa Indonesia, karena di negeri orang biasanya menguatkan persaudaraan. Perasaan senasib sepenanggungan bisa berbuah jaringan yang kuat di masa depan. Bisa jadi senior yang telah sukses di Indonesia segara akan merekrut adik kelasnya begitu tiba di Bandara Soekarno Hatta ! Begitu pula dengan jaringan luar negeri, sehingga terkadang kita bisa plesir di tempat yang sebelumnya tidak pernah kita temukan dalam peta. Masih ingat kasus the Rising Star Prabowo Subianto yang terpuruk paska lengsernya sang mertua ? Begitu karir militernya dipangkas habis, seorang sahabat menelpon dari jauh, ” Come on to my country.., youre my friend ! “. Sahabatnya itu adalah Pangeran Abdullah, yang saat ini tengah memimpin Jordania. Mereka berdua bertemu saat sama-sama sekolah militer di luar negri. Maka Prabowo pun melenggang nyaman ke luar negeri, karena jaringan yang telah dirintisnya sejak kuliah di negri orang.

(G) Dari sisi konsentrasi belajar, semestinya lebih mendukung. Ia tidak perlu lagi disibukkan dengan masalah keluarga, masyarakat atau berita-berita mengkhawatirkan dari ibukota. Paling jauh ia hanya bisa mengamati dan berdoa. Apalagi dari sisi keluarga juga cukup tahu diri, biasanya yang diinformasikan keluar hanya sebatas berita-berita bahagia yang menyemangati sang putra.

(H) Dari sisi finansial, jelas memang kalau biaya sendiri pasti tidak bisa disebut menguntungkan. Tetapi dengan kuliah di luar negeri, otomatis membuka peluang beasiswa dan sponsorship yang mungkin agak enggan memberikan beasiswa pada mereka yang di Indonesia. Jika seperti ini, maka hal ini bisa juga kita masukkan dalam sisi keuntungan.

(I) Dari sisi finansial juga, meski agak susah peluangnya, jika kita sukses kuliah sambil kerja, maka gaji yang didapat sudah pasti mencukupi biaya hidup yang semestinya. Tingkat UMR di kota-kota besar di dunia kadang jauh di atas gaji karyawan perlente berdasi di gedung-gedung ibukota kita.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Overseas Zone | Study Abroad | Sekolah Luar Negeri dan Sekolah Pilot
Copyright 2013 Pusat Informasi Dunia - Google Overseas Zone - Facebook 234 SC